Sunday, February 12, 2017

Jobfair/Careerdays ECC UGM

Jobfair ECC UGM atau biasa disebut ECC Careerdays menurut saya sama bagusnya dengan Kompas KarierFair, banyak perusahaan yang mengikuti Jobfair ini dan minat pencaker juga tak kalah banyaknya dengan Kompas KarierFair. Setahu saya ECC UGM mengadakan Jobfair 2-3 kali dalam setahun dan karena saya memang tinggal di Jogja jadi saya juga bergabung menjadi member ECC UGM. Member ECC UGM apabila untuk alumni UGM ya gratiss..tapi karena saya alumni UII jadi harus membayar Rp.100.000,-/orang untuk masa aktif selamanya.

Hari itu kebetulan cerah, parkiran motor depan Graha Sabha (lokasi Jobfairnya) penuh dan antrian depan loket pun mengular, biasanya kalo Jobfair ECC UGM pintu masuk/loket terbagi menjadi dua yakni pintu loket bagi yang sudah member dan non-member. Saran saya kalo mau mengikuti Jobfair ini mending daftar menjadi membernya dulu, biar ga separah ngantrinya dibandingkan di loket non-member.

Saya lumayan banyak mendaftar pekerjaan di Jobfair ini karena memang perusahaannya yang ikut bagus-bagus, ternama semua serta banyak opsi lowongan pekerjaan untuk berbagai bidang studi, baik untuk D3 maupun S1. Hasil dari Jobfair ini saya dipanggil untuk mengikuti beberapa tes rekrutmen perusahaan seperti halnya Paragon (pembuat kosmetik wardah), Astra International, Bank BRI dan lainnya.

Pelajaran yang didapati setelah mendatangi Jobfair ini ya harus prepared saja, overall Jobfair ini sangat rekomended bagi para pencaker, tiap tahun juga minat pencaker makin bertambah tapi tenang saja perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina dan Schlumberger bisa jadi selalu mengikuti Jobfair ini selama mereka memang buka lowongan.

                               [Source Gambar: Google]

Jobfair UNDIP Semarang

Waktu itu saya memang posisi lagi di Semarang kemudian mendapatkan informasi bahwa besoknya akan ada Jobfair di UNDIP bawah, karena UNDIP dibagi dua kampusnya yakni UNDIP atas (Tembalang) sama UNDIP bawah (Pleburan).

Hari itu lagi hujan lebat memang memasuki musim hujan, saya pun meminjam motor adik saya untuk mendatangi Jobfair tersebut. Setibanya di UNDIP saya langsung menemukan lokasinya karena memang tidak jauh dari gerbang masuk utama. Sesudah memarkir motor, saya pun langsung bergegas mengantri didepan loketnya, lagi-lagi ada biaya tiket masuk sama seperti Jobfair yang di GBK sebelumnya, namun yang ini relatif lebih murah yakni Rp.25.000,-/orang. Setelah membayar saya pun masuk, dari 10 dokumen yang saya siapkan, saya cuman menggunakan 3 dokumen untuk melamar ke 3 perusahaan yang berbeda-beda. Setelah mendatangi Jobfair tersebut saya menunggu panggilan ternyata tak kunjung datang, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke Jogja. Alhasil dari Jobfair ini saya tidak dipanggil oleh satupun dari 3 perusahaan yang saya lamar tadi.

Pelajaran yang saya dapati dari Jobfair ini adalah mencari informasi terlebih dahulu terkait Jobfair ini.

                                [Source Gambar: Google]

Jobfair di Gelora Bung Karno

Sewaktu masih mencari-cari pekerjaan, saya mendapatkan informasi bahwa akan diadakan Jobfair di Gelora Bung Karno (GBK). Hari sebelumnya saya pun sibuk untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang nantinya dapat saya serahkan ke perusahaan ketika Jobfair tersebut. 

Di hari tersebut paginya setelah saya sarapan saya bergegas untuk berangkat ke GBK menggunakan TransJakarta, untungnya akses menuju GBK sangat mudah dan hari cerah. Setibanya di GBK saya pun cukup bingung lokasi Jobfair tersebut karena GBK begitu luas, kemudian setelah jalan kesana-kemari ada mas-mas yang memakai baju kemeja celana kain membawa map seperti mau mendaftar pekerjaan lalu saya ikuti saja mas-mas tersebut dan benar menuju ke lokasi Jobfair tersebut.

Ketika ingin memasuki lokasi Jobfair tersebut ada beberapa orang mengantri sesuatu mungkin saya pikir disitu loketnya karena posisinya diluar gedung, kemudian saya ngikut mengantri dan akhirnya mengambil selebaran formulir ternyata formulir tersebut formulir data untuk melamar pekerjaan di perusahaan swasta berbasis IT saya lupa namanya apa, kemudian saya lanjut lagi masuk ke dalam GBK dan akhirnya benar-benar menemukan loketnya. Sewaktu itu saya masih belum tau peraturan yang melarang adanya penarikan biaya/tiket masuk bagi para pencaker yang akan memasuki suatu Jobfair, disitu saya harus membayar biaya tiket masuk sebesar Rp.30.000,-/orang (bisa dibayangkan berapa omsetnya sehari untuk vendor yang menyelenggarakan jobfair tersebut), di pintu masuk saya harus mengisi formulir data diri saya, ketika masuk saya cukup kaget ternyata Jobfair ini tidak terlalu besar (tidak seperti yang diiklankannya di koran), ruangannya kecil, stand/boothnya pun kecil, saya dapat melihat ada beberapa perusahaan swasta yang ikut serta dalam Jobfair itu dari mulai perbankan, manufacturing, bahkan sampai perkebunan sawit. Karena tidak terlalu besar seperti Kompas KarierFair jadi saya pun kecewa dan hanya melamar satu pekerjaan saat itu. Alhasil menunggu berminggu-minggu untuk dipanggil tidak ada hasilnya.

Pelajaran yang saya dapat ambil dari Jobfair ini adalah seharusnya saya melakukan riset/mencari tau terlebih dahulu Jobfair ini, siapa yang mengadakan, dan apa ada biaya tiket masuk atau tidak. Sebenarnya semua dapat anda dapatkan melalui KasKus.

                                [Source Gambar: Google]

Saturday, February 11, 2017

Mencari Pekerjaan..

Ketika sudah lulus kuliah saya punya keinginan untuk dapat bekerja di perusahaan ternama, ya sebenarnya juga ga ngincar ternamanya tapi gaji/salary yang tinggi (lumayan buat modal untuk menghadap camer), contohnya Pertamina, Exxon Mobile, Schlumberger, Freeport dll. Tiap haripun saya gunakan waktu dan kesempatan untuk mencari lowongan kerja dan mencoba melamar pekerjaan yang ada. Bahkan saya ingat sebelum saya wisuda pun sudah sempat ditelpon oleh salah satu lawfirm di Jakarta menawarkan tawarannya untuk saya dapat bergabung di lawfirm tersebut, namun saya tidak mengambil kesempatan tersebut karena waktu untuk interviewnya bertabrakan dengan waktu wisuda saya (wisuda S1 kan sekali seumur hidup, masa' ya ditinggalkan).  

Melamar pekerjaan itu mudah, tapi untuk dapat dipanggil oleh suatu perusahaan guna melaksanakan serangkaian tes rekrutmen itu yang susah/jarang didapat. Saya melamar kerjaan via online maupun datang langsung ke beberapa jobfair yang diadakan baik di Jogja maupun diluar Jogja sebagai contoh Jakarta, Semarang bahkan Surabaya. Melamar pekerjaan via online rasanya gampang sekali hanya saja ada beberapa persyaratan yang perlu kita siapkan untuk diupload, seperti halnya ijazah, KTP, sertifikat dll. Sayapun memiliki beberapa akun di Jobstreet dan JobDS. Tiap hari akun tersebut saya buka untuk saya "klik" melamar pekerjaan yang tersedia, namun dari ratusan lamaran yang saya klik hanya satu dua perusahaan yang mengundang saya untuk melakukan tes dan itupun lokasinya jauh-jauh bahkan hari esoknya atau lusa harus sudah ditempat tes, melihat waktu dan tempat seperti itu ya saya lagi-lagi ga bisa datangin panggilan tersebut.

Lumayan frustasi karena kerjaan sehari-hari mantengin akun dan menunggu panggilan, akhirnya saya memberanikan diri untuk mendatangi jobfair di Jakarta, memang bapak saya pernah bilang "kalo sudah lulus kuliah kamu stay aja di Jakarta kan di Jakarta banyak lowongan kerja". Bermodalkan tas berisikan baju dan dokumen-dokumen untuk diserahkan ke perusahaan sewaktu jobfair nanti saya pun berangkat dari Jogja naik kereta ke Jakarta. Sampainya di Jakarta, Alhamdulillah saya punya tumpangan untuk menginap yakni ditempat om (adik bapak) saya. Hari esoknya saya pun mendatangi yang namanya Kompas Karierfair 2014 untuk pertama kalinya. Sehabis sarapan saya nge-gojek menuju Gedung Balai Kartini tempat diselenggarakannya Kompas Karierfair tersebut. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi dan antriannya pun sudah mengular sampai jalanan (ga kebayang gimana saya bisa dapat pekerjaan nih begitu banyak orang/pesaing saya). Menunggu sekitar satu jam-an akhirnya pintu dibuka, benar-benar pertama kali pengalaman datangin jobfair, diluar antrian panjang di dalamnya dusel-duselan seperti di terminal. Keringat mengucur, kaki sudah mulai pegal-pegal, folder/map menjadi tatakan untuk mengisi formulir pekerjaan dan satu per satu dokumen yang saya bawa sudah mulai habis. Pokoknya setiap lowongan pekerjaan yang tersedia saya mencobanya untuk mendaftar, baik itu perusahaan retail, manufacturing, perbankan,sampai perusahaan rokok saya daftar.

Seusai Kompas Karierfair sayapun menunggu panggilan sambil juga mengikuti jobfair-jobfair lainnya seperti Jobfair di Gelora Bung Karno, Jobfair UNDIP Semarang, Jobfair ECC UGM, Jobfair UNS Solo dan Jobfair ITS Surabaya. InsyaAllah saya akan mencoba apabila ada waktu untuk berbagi pengalaman yang tentunya berbeda-beda di setiap Jobfair-Jobfair yang saya pernah datangi di blog ini.

Akhirnya setelah menunggu beberapa minggu, perusahaan retail ternama yakni Superindo atau PT. Lion Superindo mengundang saya untuk melakukan serangkaian tes rekrutmennya di Head Office (CSO) Jakarta Pancoran. Saya akan melanjutkan cerita pengalaman tes kerja saya dan sampai akhirnya diterima di Superindo di postingan berikutnya dalam blog ini.

Pelajaran yang saya dapatkan selama mencari pekerjaan baik itu via online maupun mendatangi berbagai Jobfair adalah apabila anda (para pencaker/pencari kerja) melamar via online bisa jadi membutuhkan waktu yang lama atau bahkan tidak langsung dipanggil oleh perusahaan yang kamu lamar dikarenakan menurut sepemahaman saya banyak perusahaan cuman menjadikan dasar lamaran anda menjadi database bagi mereka sehingga apabila mereka membutuhkan baru mengontak anda tetapi tidak menutup kemungkinan juga apabila anda langsung melamar via situs resminya perusahaan tersebut anda langsung akan dipanggil untuk mengikuti serangkaian tes rekrutmennya, seperti pengalaman saya melamar pekerjaan via situs resminya PT.Pembangkitan Jawa-Bali (PT.PJB). Sedangkan sepengetahuan saya apabila anda para pencaker mendatangi langsung Jobfair, besar kemungkinannya akan segera dipanggil dikarenakan perusahaan tersebut biasanya lagi sangat membutuhkan karyawan baru untuk segera mengisi kekosongan dibeberapa posisi/jabatan dalam perusahaan tersebut.
Adapun yang menyelenggarakan serangkaian tes rekrutmen suatu perusahaan menggunakan vendor/pihak ketiga yakni: PPM Management, LP3T UNAIR, ECC UGM dan lainnya.

Himbauan saya pada para anda pencaker, apabila ingin mendatangi suatu Jobfair untuk terlebih dahulu melakukan riset/survey tentang Jobfair tersebut dikarenakan ada beberapa Jobfair yang cuman mementingkan penghasilan/uang masuk dari para pencaker yang datang dimana para pencaker harus membayar tiket masuk dan ketika sudah masuk lowongan pekerjaan yang tersedia pun tidak banyak bahkan untuk lulusan SMA bukan D3/S1 (saya sudah punya pengalaman akan hal ini). Sekarang seharusnya sudah tidak boleh menarik biaya tiket masuk dalam sebuah Jobfair karena sudah ada peraturan perundang-undangan yang melarang akan biaya tiket masuk Jobfair dimana Jobfair diadakan secara gratis tis... setahu saya peraturan tersebut dalam Permenaker, silahkan langsung dicari di mbah google peraturan tersebut.

                               [Source Gambar: Google]

Wednesday, January 25, 2017

Kuliah, skripsi dan wisuda...


Saya akan memulai postingan blog ini dari mulai masa kuliah, namun sebelum menceritakan masa kuliah, saya ingin terlebih dahulu menceritakan masa-masa sebelum masuk dan akhirnya diterima di Universitas Islam Indonesia (UII).

Dulu saya sekolah di SMAN 05 Bengkulu (biasa disebut Smanli), Alhamdulillah dapat masuk dan menjadi murid kelas 10 SBI..apa itu SBI?? SBI zaman sekarang sudah dihapus oleh bapak menteri pendidikan. SBI singkatan dari Sekolah Berstandar Internasional, waaahh keren daaah Bengkulu sudah punya kelas SBI pada zaman itu patut dibanggakan dan bersyukur itung-itung ngelatih bahasa inggris saya yang belepotan,hehehe.. kelas saya merupakan piloting class (kelas pertama) yang akan dijadikan contoh untuk kedepannya (kalo masih berlangsung eh ternyata ga) bagi dinas pendidikan kota Bengkulu. Mata pelajaran yang diajarkan pun dalam dua bahasa (untungnya bukan dua alam ya..) yaitu bahasa Indonesia dan Inggris, ga cuman itu mata pelajaran yang pake bahasa Inggris pun diajarin langsung dengan para dosen Universitas Bengkulu yang sudah pernah belajar di luar negeri, mantap banget pokoknya (mantap pusingnya maksud saya).

Kelas 10 SBI pun cuman diisi oleh beberapa siswa maksimal 20 siswa (termasuk pintar-pintar temen2 saya yg masuk kelas itu, saya mah apa atuh). Nah kelas saya waktu itu memang dikhususkan untuk mempelajari IPA (bayangkan biologi, fisika, kimia dan matematika pakai bahasa Inggris, yang bahasa Indonesia aja masih susah apalagi Inggris...serasa kuliah di Inggris aja) ya tentunya saya syukuri apa yang saya tempuh dan dapatkan. Nah waktu SMA saya selalu masuk ranking 3 besar (dari bawah tentunya) ya alias B*D*H lah, dapat nilai pas-pasan udah sebuah prestasi ga cuman satu mata pelajaran tapi hampir semua hehehe..misal matematika minimal nilainya 70 ya saya tentunya dapat 70, bahkan sebelum ujian pun saya udah menanyakan tugas untuk remedialnya apa hahaha.. (jangan dicontoh ya sekolah yang bener kasihan pita suara orang tua habis gara2 marahin kamu melulu dapat nilai jelek). Maafkan kebodohan saya ya bapak ibu guru SMA saya yang kemungkinan sedang membaca blog saya ini. Walopun saya tidak sepintar juara kelas bahkan umum (ngambil contohnya tinggi banget ya) di SMA saya, tapi saya bangga pernah menjadi murid bapak/ibu di berbagai mata pelajaran.

Menjelang Ujian Nasional pada tahun 2010 beberapa materi pelajaran pun saya kejar (biar kelihatan fokus dikitklah belajarnya) dan menyiapkan diri untuk ultimate examination bagi para siswa SMA. Berangkat sekolah jam 6 pagi pulang jam 8 malam, dari hari senin sampai sabtu terus sampai hari ujian nasional tiba, dan Alhamdulillah akhirnya membuahkan hasil lulus ujian nasional di tahun 2010. Lega dan bahagia rasanya.. akhirnya lulus SMA walopun nilai juga pas-pasan. Rasa lega dan bahagia pun cuman sebentar saya rasakan karena ketika hari jumat itu pengumuman kelulusan hari sabtunya (keesokan harinya) saya sudah harus ke Jogja untuk mengikuti tes ujian tulis masuk UGM (sampai akhirnya saya netep di Jogja menunggu kelulusan tes ujian masuk UGM dan tidak hadir di malam prompnight atau farewell party SMA saya).

Disinilah cerita kuliah saya dimulai. Jumat lulus SMA, sabtunya harus mengikuti ujian tulis (harapannya keren jadi mahasiswa UGM ya mengikuti jejak bapak dan om saya yang dulu pernah kuliah di UGM). Setelah mengikuti ujian masuk itu saya ga refreshing melainkan langsung mengikuti les-les masuk universitas yang diadakan oleh GO (Ganesha Operation) dengan harapan dapat masuk di Universitas Negeri. Beberapa ujian masuk universitas lainnya saya coba diantaranya SIMAK UI, UM UNDIP Gelombang 1, Ujian Masuk UNPAD sampai dengan SNMPTN tidak satupun saya lolos. Sempat depresi dan lelah karena sehari-hari belajar meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk mengejar impian masuk universitas negeri tidak tercapai. Nah ketika dimasa depresi, lelah, dan kehilangan semangat bapak saya bilang "coba UII mas, fakultas hukumnya bagus, mencetak alumni2 yang dikenal di kalangan masyarakat luas".

Mendengar usulan bapak saya, saya bergegas untuk melihat info penerimaan maba UII. Minggu berikutnya saya dan ditemani oleh bapak saya mendaftarkan diri di UII pada hari itu juga langsung tes CBT. Pada formulir tes, saya mengisi bidang studi manajemen, teknik lingkungan, dan ilmu hukum. Hasil tesnya pun keluar sesuai dengan arahan bapak saya yakni saya keterima di Ilmu Hukum (memang feeling orang tua untuk kebaikan masa depan anaknya sangat kuat). Alhamdulillah akhirnya bisa kuliah juga.. ketika sudah diterima di FH UII saya pun memberanikan diri untuk pindah kelas dari kelas reguler ke kelas International Program (IP) tujuannya satu untuk kebaikan di masa depan (siapa tau bahasa Legal Englishnya kepakai suatu saat nanti).

Ketika kuliah saya pun tidak pernah menyianyiakan kesempatan yang ada (karena untuk mendapatkannya perlu perjuangan). Disuruh maju presentasi pake bahasa Inggris ya ayo, bikin esai pake bahasa Inggris ayo juga sampai dengan saya gabung ke organisasi SAIL (Student Association of International Law) organisasi yang fokus ke Hukum Internasional dimana mengikuti forum-forum diskusi hukum Internasional dan juga debat pake bahasa Inggris (pokoknya belajar dari masa-masa SMA yang begitulah).

Alhamdulillah ketika kuliah banyak menorehkan prestasi di bidang hukum, mengikuti student exchange mewakili FH UII sampai dengan menjadi pembicara di forum diskusi internasional. Ketika kuliah saya bertemu dengan orang-orang hebat baik dosen yang terkenal seperti pak Busyro Muqoddas, Mahfud MD, Salman Luthan, Artidjo Alkostar dan masih banyak lainnya, serta teman-teman baru sekampus seorganisasi.

Tidak menyianyiakan waktu, kesempatan dan kepercayaan orang tua pada semester 5 saya sudah mengambil skripsi dengan bimbingan orang yang luar biasa sabarnya-hebatnya- dan seperti ibu sendiri yakni ibu Dr.Siti Anisah, SH. MH (bu Nisa panggilannya). Akhirnya pada semester 6 saya sudah bisa menyelesaikan studi S1 Hukum saya mengambil skripsi bertemakan Hukum Persaingan Usaha dan pada bulan Maret 2014 mendapatkan gelar SH dengan masa studi 3.5 tahun. Alhamdulillah...

Dari semua yang saya dapatkan tentunya berkat doa dan usaha orang tua saya yang senantiasa tiap bulan berusaha membayar SPP menyekolahkan anak pertamanya hingga sarjana. Banyak saya ucapkan terimakasih juga kepada para dosen FH UII yang telah mengajarkan ilmunya kepada saya, teman-teman d'lastshoe, teman-teman IP FH UII 2010, teman organisasi, teman kampus, sampai dengan keluarga besar saya..

Alhamdulillah hikmah yang bisa diambil dari semua ini adalah kita manusia hanya dapat berencana untuk masa depan tapi yang menentukan adalah Tuhan, Allah SWT.. Apa pernah terbesit saya akan kuliah di UII, mempelajari dunia hukum, lulus dengan peringkat cumlaude dan bertemu dengan teman serta orang-orang hebat semasa kuliah?? tentunya tidak.. oleh karenanya bersyukurlah dengan apa yang kamu dapatkan sekarang bisa jadi dirimu masuk di universitas negeri banyak orang disana menginginkannya (termasuk saya yang gagal semua ujian masuk universitas negerinya) jadi saran saya janganlah sia siakan masa kuliahmu, tanggung jawabmu sebagai mahasiswa ketika kamu dapat masuk di universitas negeri..

Semua ini tentunya sudah rencana dan takdirNya untuk saya.. Alhamdulillah wa syukurillah..


                                [Source Gambar: Foto Milik Pribadi]